Jakarta, 19 Februari 2025 – Tagar #KaburAjaDulu tengah menjadi perbincangan panas di media sosial. Ribuan warganet menggunakan tagar ini untuk berbagi informasi tentang peluang kerja, beasiswa, dan kehidupan di luar negeri. Fenomena ini mencerminkan keinginan banyak anak muda Indonesia untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain.
Saat ditanya soal tren ini, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Agus Andrianto justru mengajak masyarakat untuk lebih bersyukur tinggal di Indonesia. "Kita harus bersyukur hidup di Indonesia, luar biasa ya, semuanya ada," ujar Agus saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (19/2/2025).
Namun, warganet punya pandangan berbeda. Bagi mereka, #KaburAjaDulu bukan sekadar tren, tapi cerminan realitas. Banyak yang mengaku ingin keluar dari Indonesia karena tekanan pekerjaan, biaya hidup yang tinggi, hingga kesempatan berkembang yang terasa terbatas.
Menurut analisis seorang pengguna Threads, negara tujuan favorit mereka yang ingin "kabur" adalah Singapura, Amsterdam, Tokyo, Berlin, dan Dubai. Tak hanya sekadar mimpi, data menunjukkan bahwa tren ini semakin nyata. Lebih dari 100.000 orang menghadiri Study and Work Abroad Festival tahun lalu, mencari informasi tentang peluang pendidikan dan pekerjaan di luar negeri.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Imigrasi mencatat bahwa dalam kurun waktu 2019-2022, sebanyak 3.912 WNI berusia 25-35 tahun memilih menjadi warga negara Singapura. Angka ini menunjukkan bahwa bukan hanya wacana, tetapi semakin banyak orang yang benar-benar mewujudkan keinginan mereka untuk tinggal di luar negeri.
Di tengah perdebatan antara "bersyukur tinggal di Indonesia" dan "mencari peluang di luar negeri", fenomena ini menjadi alarm bagi pemerintah. Apakah cukup hanya meminta masyarakat bersyukur, atau seharusnya ada kebijakan konkret untuk menciptakan lingkungan kerja dan pendidikan yang lebih baik di dalam negeri?
Bagaimana menurutmu? Apakah #KaburAjaDulu sekadar tren sesaat, atau tanda bahwa anak muda Indonesia benar-benar butuh perubahan?